Lilypie First Birthday tickers

Wednesday, May 19, 2010

"where are you, panda?"

Hari minggu lalu adalah harinya rapat 2 keluarga kami untuk pembentukan panitia, tapi sayang si-mas cuma bisa mengikuti rapat 15 menit saja, sisanya si-mas sibuk beres-beres dan berangkaaaaat....!

Kejamnya dunia (>_<)#
Ternyata ada jadwal dadakan dari kantor si-mas yg mengharuskan dia ikut latihan militer di Situ Lembang selama 1 minggu. Janjinya sih kita akan tetap contact2an tapi ternyata 2 no HP'nya gak bisa dihubungi? Huhuuuuw, jahaaaaat....

Awalnya saya pikir bpk-bpk ABRI disana yg galak, ternyata memang daerahnya yg tidak mampu menerima sinyal. Karena penasaran dengan dimana rimba-nya situ lembang itu akhirnya saya googling dan menemukan artikel ini, cekidot..!

**Untung sehari sebelumnya kita sempet jln2 liat galeri lukisan (see pic)**



Situ Lembang. Tempat ini sangat jarang dikunjungi wisatawan. Bahkan dari 10 orang di antara Kita, belum tentu 5 orang yang tahu di mana dan seperti apa Situ Lembang tersebut. Lokasinya yang agak sulit dijangkau (terutama dengan mobil sedan) menyebabkannya jauh dari hingar bingar promosi pariwisata Kita. Terletak di sebelah utara Cisarua, lokasi yang konon merupakan tempat turunnya Dayang Sumbi ini memang terkesan menyimpan banyak misteri.

Sejak dari gerbang Komando, yaitu pintu masuk pertama menuju ke lokasi Situ, jalanan menanjak dan berbatu yang membelah hutan mulai menyerukan aura misteri, mengucapkan selamat datang kepada pengunjung. Kabut yang menyelimuti alam sekitar membuat keheningan dan kesunyian semakin terasa, terlebih lagi telepon selular, jenis apapun dan dengan provider apapun, tidak lagi dapat menerima sinyal di sana.

Saya sampai di gerbang Komando itu kurang lebih pukul 18.00. Ya, minggu lalu Saya berada di sana, bersama-sama dengan tim trainer dan fasilitator training outbond sebuah perusahaan provider layanan selular.

Nama gerbang Komando seperti tempat latihan tentara saja, ya. Memang demikian. Pengelolaan Situ Lembang saat ini diserahkan pihak Perhutani kepada Kopassus, bekerja sama dengan Pemda setempat. Karena lokasinya yang sangat jauh dari keramaian, dan masih murninya kondisi alam di sana, menjadikan tempat itu sangat ideal untuk latihan militer. Dan sebagai tempat yang demikian, maka untuk masuk ke sana guna berwisata tidak dengan mudah begitu saja. Pada saat-saat tertentu, di mana Kopassus sedang berlatih, maka Situ tertutup bagi publik.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup menegangkan, sampailah Kami semua di lokasi menginap. Tempat itu terdiri dari sebuah lapangan rumput yang cukup luas, dan deretan barak-barak khas militer yang berjajar membentuk huruf L, mulai dari yang berada di bawah, terus menanjak sampai kepada kontur tanah yang paling tinggi. Di posisi tanah yang paling tinggi terdapat sebuah barak yang nampaknya paling apik dan bersih. Rupanya itu barak yang khusus bagi Danjen Kopassus bila tengah berada di sana.

Udara malam yang begitu dingin, dengan hujan rintik-rintiknya, melengkapi suasana mencekam yang nampaknya sengaja diciptakan di sana. Barak-barak hanya diterangi cahaya secukupnya. Dan suasana seperti itu tidak lengkap bila tidak dibumbui dengan cerita-cerita horor ala Situ Lembang.

Beredarlah kisah-kisah mencekam malam itu, yang sengaja diceritakan oleh rekan-rekan fasilitator kepada para peserta yang mau tidak mau terpaksa mendengarkan (daripada menyendiri keluar ruangan, bertemu dengan kegelapan dan pohon-pohon besar…).

Salah satunya adalah cerita mengenai seorang Noni Belanda, yang bila malam telah larut sering berjalan-jalan mengelilingi barak-barak, yang setiap kacanya tidak bertirai, sehingga siapapun yang berada di dalam barak dapat dengan mudah melihat sesuatu yang melintas di luar. Si Noni berjalan pelan, dengan sesekali melihat ke dalam barak. Tapi bukan itu yang membuat bulu kuduk berdiri, konon katanya, si Noni mengenakan Long Dress jaman Belanda yang terurai sampai ke tanah. Nah, ketika berjalan di antara barak itulah, kain rok yang menyentuh lantai beranda barak menimbulkan bunyi sreekk..sreekk…sreekk… Seperti beban berat yang dibawa terseret-seret…

Masih banyak lagi cerita yang beredar di sana malam itu, dan sepanjang keberadaan Kami dalam pelatihan tersebut. Dan menurut semua trainer dan fasilitator, semua cerita itu pernah mereka alami sendiri, terutama bila sedang berlatih militer di sana.

Antara percaya atau tidak, Saya sedikit mengalami kejadian yang agak membingungkan. Waktu itu malam hari, Saya bersama trainer lain, Pak Tukino dan Pak Sakimo, menjaga sebuah pos halang rintang berbentuk terowongan yang terbuat dari terpal yang diselimuti dedaunan sepanjang 15 meter. Setiap peserta pelatihan harus memasukinya dengan merangkak. Saat gelombang pertama masuk, Kami menghitung ada 20 orang yang masuk. Di pintu keluar Kami hitung lagi, ternyata ada 25 orang yang keluar dari terowongan. Saat itu begitu gelap. Kami berada di dalam hutan, dan tidak boleh sama sekali ada penerangan sedikitpun. Jadi Kami tidak dapat mengenali wajah maupun name tag peserta. Dan ketika Kami cek ulang jumlah keseluruhan peserta, ternyata memang ada kelebihan 5 orang yang melewati pos Kami…

Tapi ketegangan malam dapat segera terlupakan bila pagi telah tiba. Situ yang begitu hening, tampak sangat indah dalam kedamaian alam yang tiada taranya.

Tepat setiap jam 7 pagi, sebentuk kabut berarak bak selendang mayang mengambang di atas Situ. Tepat setiap jam 7! Setelah lebih kurang 20 menit berada di sana, kabut itu perlahan-lahan hilang, digantikan dengan hangatnya cahaya matahari. Di Situ Lembang nan sunyi itu, para peserta pelatihan mengikuti setiap sesi dengan cermat. Bagi mereka, pelatihan semacam ini mungkin menjadi pengalaman sekali sepanjang karir mereka. Atmosfir yang jauh dari kehidupan keseharian mereka, membuat pikiran mereka totally terpusat pada materi yang diberikan. Berbagai hal baru mereka dapatkan di pelatihan ini, mulai dari melempar pisau komando, baca kompas, sampai kepada pengetahuan cara bertahan di hutan dengan hanya memakan daun, umbi, dan binatang yang ada.

Dari berbagai sesi, materi dan games yang diberikan, peserta mendapatkan input tentang pengendalian diri, motivasi, kerjasama kelompok, visi ke depan, dan banyak lagi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan diri maupun perusahaan mereka. Metode pelatihan semacam ini, menurut berbagai penelitian, lebih efektif membentuk peserta dari pada apabila materi hanya diberikan di dalam kelas, atau disampaikan melalui metode outbond yang biasa-biasa saja. Emosi lebih diolah dan dimainkan di sini, sehingga penyerapan materi oleh otak kanan lebih efektif dan tertanam lebih dalam.

Sepulang dari training tersebut, dari lembar questionnaire yang dibagikan, peserta mengaku sangat puas dan menikmati setiap hari dan materi yang diberikan. Bahkan rangkaian pelatihan yang mereka lewati, mereka ceritakan kepada rekan-rekan di kantor, seperti layaknya cerita liburan saja. Dan dari pengamatan pasca training Kami sebagai provider pelatihan, mereka yang telah mengikuti training ini jauh lebih berkembang dan responsif terhadap tantangan.

No comments:

Post a Comment

"Let's see, read and share with me..."