Ya Allah, Ya Robb, Astaqfirullah.... Astaqfirullah... Astaqfirullah...
Berilah kesabaran pada hamba-Mu ini...
Lapangkan dada'ku, dan jagalah hati'ku dan jagalah segala perkataan yang mungkin terucap dari hamba-Mu ini...
Engkau-lah yang Maha Mengetahui, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Sedih juga baca posting'nya Jeng Pepita, teman satu thread di weddingku (baca disini). Ternyata gak cuma saya yang punya kendala dengan vendor undangan. Hmm, sekedar berbagi pengalaman bagi para capeng lain kalau mau memilih vendor undangan usahakan mereka memiliki kemampuan desain grafis sendiri atau setidaknya punya karyawan sendiri untuk mendesain.
Awalnya saya ingin pesan undangan di Bandung dengan vendor Kuchiwalang, bahkan saya sudah membayar sejumlah uang untuk dibuatkan dummy undangan (baca disini) tapi karena beberapa masukan saran dari pakde dan om'nya si-mas akhirnya kami memutuskan untuk memesan undangan di Jakarta saja. Mulai-lah perburuan kami ke Pasar Tebet yang terkenal dengan pusat undangan, tapi menurut saya harganya relatif tidak ada perbedaan yang mencolok, tidak seperti souvenir jatinegara dengan harganya yg memang benar-benar miring dibandingkan tempat lain.
Setelah beberapa toko kami datangi termasuk toko-toko rekomendasi teman-teman weddingku, tp saya kurang cocok untuk masalah harga dan kualitas karena perbandingannya masih lebih murah di Bandung. Akhirnya 'mendarat' lah kami disebuah toko (nama dirahasiakan) yang etalase'nya sederhana tidak seperti Kartu Pesona (toko sebelahnya) dan ternyata toko ini memberikan harga termurah dan pemilik tokonya pun ramah, dia bercerita kalau sudah 12 tahun menggeluti usaha percetakan ini.
Kesepakatan pun kami buat dan uang DP yang diminta pun bukan main-main 50% dari biaya keseluruhan, dan kami penuhi permintaannya. Tiga hari kemudian draft kami terima via email dan langsung saya balas dalam hitungan menit karena masih banyak kesalahan, tapi ternyata 1x revisi lebih dari 3 hari bahkan 1 minggu sampai hasil revisi yang dijanjikan benar datang. Kendalanya adalah ternyata toko ini tidak memiliki tukang desain, alhasil dia merger dengan toko di depannya untuk mendesain semua draft undangan.
Setiap hari kami harap-harap cemas dengan berkali-kali cek inbox email, nomor telpon yang tertera di Bon pun tulalit semua, no HP bapak si-pemilik toko hanya berhasil dihubungi 1x itupun beliau sibuk sedang belanja bahan di luar. Keesokan hari-nya no HP tersebut tidak berhasil saya hubungi dan ternyata beliau ganti nomor (saya mendapatkan nomor baru dari sang asisten, tp beberapa hari kemudian nomor tersebut kembali tidak aktif)
Bahkan pernah sepulang kerja pada hari rabu sore, saya dan cami bergegas ke pasar tebet untuk menagih janji. Lagi-lagi sang pemilik toko sedang sibuk dan melimpahkan tugasnya ke asistennya seorang wanita muda. Tampaknya dia cukup kooperatif karena dalam waktu 2 minggu setelah order saya dipegang oleh si-mba ini akhirnya draft saya sudah jadi. Tapi semua ini pun telah memakan waktu 1,5 bulan yang hanya menghasilkan draft saja!
Hal yang paling mengerikan adalah ketika tanggal 15 Mei kami "menjenguk" undangan, ternyata para karyawan disana sedang terburu-buru mengerjakan order undangan yang jadwal resepsi'nya tanggal 29 Mei dan di Medan pula? **OMG, kemana aja kalian?**
Saat kami berkonsultasi dengan si-pemilik toko, beliau kembali meminta penambahan DP sebesar 25% lagi untuk pembelian bahan, dengan alasan jenis kertas Aster yang saya gunakan lebih mahal dibandingkan kertas Jasmine yang biasa digunakan pada undangan umumnya.
Setelah draft terakhir saya memasuki final, atas masukan mama beliau menyarankan untuk memberikan uang lelah kepada si-mba agar dia lebih termotivasi untuk mengerjakan undangan saya. Tanpa sepengetahuan saya ternyata cami sudah memberikan tips sebesar 50K kepada si-mba dan saya kembali memberikan uang lelah dengan jumlah yang sama yang saya genggamkan di tangannya saat bersalaman. Si-mba pun senang bukan main, dan berjanji akan menyimpan no HP saya dan akan menghubungi saya bila ada perkembangan.
Hari sabtu berlalu...
Hari minggu berlalu...
Memasuki hari senin...
Dan di hari selasa ini saya menghubungi no HP si-mba dan ternyata tidak aktif, terus saya coba dari pagi-siang-sore tetap tidak aktif (padahal baru 3 hari). Entah kami harus bersikap bagaimana sebagai klien? Kami sudah berusaha bersabar, berusaha memahami dengan segala kendala dan kesibukan yang mereka hadapi, berusaha memenuhi permintaan mereka dengan DP 75% dari keseluruhan biaya, bahkan kami ber-inisiatif memberikan tips tambahan sebagai uang lelah.
Hmm, suatu hal yang istimewa ini cukup 'memompa' emosi saya dan keluarga kami...
Ya Allah, Ya Robb berikanlah kemudahan pada ibadah kami ini dalam memenuhi syariat-Mu...
sabar yaaa..ini cobaan buat yang mau married :)
ReplyDeletetp koq mrk ud ga kooperatif gtu kamu masih mau nambah DP yaa?harusnya kan mrk selesaiin kerjaannya dulu..hehe
semangat yaa..smoga masalahnya cepet selesai yaa :)
@Fika: Yaaah, gitu deh bu...
ReplyDeletesebenarnya gw juga gak mau nambahin DP lagi, tp kata cami biar cepet selesai deh. Iya jg sih, jd serba salah kya makan buah simalakama klo gak ditambahin DP'nya takutnya malah lebih lama lg. Yowes, kita yg perlu - kita yg butuh mereka emang gak punya pilihan lain (>_<)# hiiix..hiiix...
@mas irvan: ono opo toh mas? mesem-mesem aja niy?
Btw, sorry yah gw belum review prewed coz albumnya dipegang sama mama mertua, jd gw jg blum puas memandang albumnya (^___^)/ heeee, sabarrr....
bsa kasih info tempat pesan undanganx ga?? buat rekomendasi mbaa,.. kirim via email yaa iien_nyet@yahoo.com... terima kasih
ReplyDelete